Rabu, 16 November 2011

Cerita Cinta Alisha bagian. 4

“DIVO???” segera kupalingkan wajahku pada Khanza dan bertanya
“Za, kok ada si Divo sih?” belum sempat Khanza menjawab pertanyaanku, Divo sudah berdiri di hadapanku dan Khanza.
“Hai Sha! Long time no see ya!” sapa Divo sambil menebar senyum termanisnya padaku. Aku membisu, melihat dia yang kembali lagi secara tiba-tiba, setelah tanpa alasan jelas meninggalkanku kurang lebih 3 tahun yang lalu. Kini, dia kembali seakan tak pernah terjadi apapun dan tanpa rasa bersalah sedikitpun.
“Udah, ayok masuk ke mobil! Gue yang anter kalian pulang!” lanjutnya.
“Asik! Kak Divo aja ya yang mapah cewek satu ini! Gue pegel kak, mapah dia dari depan sampe sini!” ucap Khanza pada Divo sambil melirik ke arahku.
“Sip! Lo masuk mobil aja duluan, nih kuncinya!” ucap Divo santai pada Khanza sambil memberikan kunci mobilnya. Khanza segera mengambil kunci mobil Divo dari tangan pemiliknya dan berjalan lebih dulu ke mobil. Aku masih membisu, memandangi wajah yang sudah lama tak kupandang ini. Tanpa bicara panjang lebar, Divo segera memapahku menuju mobilnya. Namun, sebelum sampai dimobil, Divo menghentikan langkahnya, memandangiku yang sedari tadi masih memangdanginya. Kami berpandangan, cukup lama, mungkin sekitar 1 menit. Lalu ia tersenyum, senyuman dengan sentuhan lesung di kedua bagian pipinya yang menambahkan pesonanya, senyuman yang dulu selalu ada untukku namun sempat hilang karena alasan yang belum pernah ia jelaskan hingga kini, senyuman yang membuat hatiku bergetar setiap melihatnya.
“Lo masih cantik aja kayak dulu Sha!” suaranya menyadarkanku dari lamunan, lalu kami meneruskan perjalanan kami menuju mobilnya.
Di dalam mobil, semuanya diam, membisu bagai patung-patung tak bernyawa. Divo, terlihat sangat serius menyetir, Kanza, sedang mendengarkan musik dari iPod miliknya, sedangkan aku, masih termenung memikirkan Divo yang datang lagi ke kehidupanku setelah kurang lebih 2 tahun meninggalkanku tanpa alasan.
Setengah jam telah berlalu, kami sampai dirumahku. Khanza turun lebih dulu dan Divo membantuku berjalan hingga kamar tidurku. Aku masih belum bisa mengeluarkan suaraku untuk berbincang dengannya, lidahku terasa kaku walau mataku tak henti melihatnya. Ia keluar dari kamarku dan sepertinya langsung pulang. Tiba-tiba terdengar lagu ‘Just The Way You Are’ nya Bruno Mars, itu adalah ringtone BB-ku bila ada telefon. Segera kucari arah bunyinya, ternyata yang menelfon Pras. Hah? Pras? Pras menelfonku? Serius nih? Melihat nama dan nomer HP-nya ada di layar BB-ku saja, rasanya seperti terbang ke langit ke tujuh. Dengan segera aku mencoba mengendalikan diriku dan mengangkat telfon dari Pras tersebut.
‘Assalamualaikum’terdengar suaranya yang khas dari telfon
‘Wa’alaikumsalam’jawabku
‘Lo tadi kenapa gak masuk sekolah? Si Dian sama Raya juga katanya gak tau lo kenapa? Mereka jadi gak mau belajar kalau gak ada lo!’ucapnya to the point
‘gue sakit, drop banget sampe harus dibawa ke Rumah Sakit kemarin malam, sekarang baru balik, BB gue ketinggalan dirumah, jadi gue gak bisa dihubungin siapa-siapa’jelasku
‘ohh, semoga cepet sembuh ya, banyak istirahat! Sorry ganggu waktu istirahat lo, ya sudah deh sekarang lo istirahat aja, Assalamualaikum’ ucapnya hendak mengakhiri telefon.
‘Waalaikumsalam’jawabku, lalu ia memutus telfonnya.
Perbincangan kami terhenti, masih terngiang-ngiang suaranya, hingga akhirnya aku terlelap di malam dengan langit yang bertaburkan bintang. Terlelap dalam angan tentangnya, angan akan kekhawatirannya dan kepeduliannya terhadapku.
Ayam kembali berkokok seperti hari-hari yang lalu, burung-burung pun mulai bersenandung ria, hembusan angin pagi mulai memasuki celah-celah jendela kamarku, harmoni alam yang indah ini, menghantarkan sang mentari ke peraduan awalnya. Masih terrekam jelas dalam benakku kejadian semalam, yang membuat diriku merasakan gelora semangat yang besar pagi ini. Segera kupaksa tubuhku untuk lepas dari balutan kehangatan selimut, serta nyamannya kasurku yang sangat empuk itu. Kakiku melangkah ke kamar mandi, tanganku membasuh wajahku yang masih belum 100% sadar dari alam tidurku dengan air disana. Lalu aku menghadap-Nya, menyembah-Nya, bersujud pada-Nya, meminta ampun atas timbunan dosa yang telah aku timbun selama beberapa tahun umurku di dunia ini. Setelah selesai sholat, aku bersiap untuk berangkat ke sekolah.
Aku hendak turun, namun dari lantai 2 terlihat di meja makan ada Khanza dan seorang lelaki, siapa ya? Aku menuruni tangga dan menuju meja makan dengan santai. Sesampainya disana ternyata lelaki yang kulihat dari atas tadi adalah Divo,
‘huft, mau ngapain lagi sih lo kesini?’ ucapku dalam hati dengan wajah masam. Aku duduk dan mengambil selembar roti tawar lalu mengolesnya dengan selai strawberry favoritku. Saat aku sedang minum susu, tiba-tiba...
“Eh Sha, gue anterin lo ke sekolah ya?”ucap Divo padaku, aku yang sedang meminum susu pun tersedak. Khanza dan Divo heran melihatku, karena mungkin tak terbiasa dengan sikapku yang aneh ini. Tak lama setelah aku tersedak, BB-ku berdering, panggilan masuk dari Raya.
‘Lisha! Gue udah di depan kompleks lo nih, mau bareng gak?’ucap Raya via telfon denganku.
‘Wah, kesempatan nih buat kabur dari Divo! Selamet..selamet..’pikirku dalam hati.
“Sipp, gue jalan sekarang!!”jawabku pada Raya, lalu Raya memutus telfonnya.  Aku segera berpamitan dengan Khanza, dan tetap pada pendirianku sejak kemarin untuk tak bicara pada Divo.
Di perjalanan menuju sekolah, mobil Raya dihadang segerombolan geng motor. Kami tak tahu harus berbuat apa, Raya yang sangat tomboi saja takut pada mereka, apalagi aku. Di situasi genting seperti ini datanglah seorang malaikat penolong. Pria yang terlihat seumuran dengan kami dan berseragam putih abu-abu seperti kami ini membawa motor balap warna merah dan mengenakan helm warna putih. MISTERIUS? Siapa ya?
**********
ditunggu komentarnya yaa :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar