Rabu, 16 November 2011

7 Sahabat

          Seperti biasa aku pergi untuk sekolah bersama seorang sahabatku, namanya Tasya. Tanpa kusangka, di sekolah aku dihadang oleh anak-anak eksis, mereka adalah Ryan, Willy dan Shasa.

“ehh ada kalian!!”ucap Shasa padaku dan Tasya.

“bagi duit dong!”sahut Willy dan Ryan hampir bersamaann pada kami. Tasya yang memang agak tomboi pun melawan.

“apa-apaan lo minta duit seenaknya?!!”ucap Tasya tegas.

“Wow.. ada yang mau sok jagoan yaa disini.. hebat..hebat..” ucap Shasa sambil melangkah mendekati Tasya dan hendak memukulnya.

“udah Tas, jangan diladenin orang kayak mereka, kasih aja uang lo sebagian sama mereka”ucapku berbisik pada Tasya.

           Akhirnya Tasya menurut, kami memberikan sebagian uang saku kami pada ketiga anak eksis tersebut. Di kelas sepertinya ada dua murid baru, kemarin guru sudah memberitahu kami akan kedatangan mereka. Aku menghampiri salah satu diantara mereka dan Tasya menghampiri yang lainnya.

“Hai! Anak baru yah?”ucapku padanya dan dia hanya menjawab dengan anggukkan.

“nama gue Mita, nama lo siapa?”tanyaku.

“gue Vina, salam kenal ya Mit”jawabnya.

“iya, pindahan mana Vin?”tanyaku lagi.

“pindahan dari Bandung, gue pindah kesini bareng sama Angga juga”ucap Vina sambil menunjuk ke arah anak laki-laki yang sedang berbincang bersama Tasya tadi.

“kok barengan pindahnya?”tanyaku, tapi sebelum Vina menjawab, bel berbunyi dan perkenalan singkat kami berakhir.

           Hari demi hari aku, Tasya, Vina dan Angga semakin akrab dan kami bersahabat. Vina dan Angga juga telah berhasil menjadi murid berprestasi di sekolah kami, tidak hanya berprestasi dalam pelajaran, mereka juga berprestasi di berbagai ekskul. Dan hal itu membuat Ryan, Willy dan Shasa semakin membenci kami berempat. Kami selalu bersaing dalam berbagai hal.

“heh Ga! Gak usah sok deh mentang-mentang sekarang lo udah gantiin gue jadi kapten tim basket!”ucap Willy pada Angga saat pelajaran berakhir dengan nada agak tinggi.

“gue gak pernah sok kok Will”jawab Angga santai.

“nyolot abis lo!!!”ucap Willy makin emosi.

“tau nih, maunya kalian semua itu apa sih?”ucap Ryan ikut-ikutan emosi sambil nunjuk aku, Tasya, Vina dan Angga.

“kita kan cuma mau jadi murid yang berprestasi aja, kok jadi lo yang ribet sih?”ucap Vina mulai terpancing emosi.

“tenang Vin, emosi jangan dilawan sama emosi”ucapku mencoba membuat Vina tenang.

“gue mau tanya sama kalian, apa gak capek musuhan terus sama kita?”ucapku pada Ryan, Willy dan Shasa. Mereka terdiam sejenak, lalu Shasa balik bertanya

“kenapa harus capek? Kalian kan memang musuh kita! Kalian gak akan mungkin dan gak akan pernah jadi temen gue!”

“hei! Hati-hati karma loh Sha”celoteh Tasya.

“ahh gue gak percaya sama karma!”ucap Shasa.

“hush gak boleh ngomong gitu Sha!”ucapku.

“kenapa? Mulut gue ini! Peduli apa lo?”balas Shasa.

           Guru kelas datang dan pertengkaran kami terhenti. Guru tiba-tiba menyuruh anak-anak mengumpulkan cacatan minggu lalu. Tak sengaja aku melihat Shasa yang kebingungan.

“Sha, lo kenapa?”tanyaku.

“ngapain lo tanya-tanya?”balasnya.

“yaa siapa tahu ada yang bisa gue bantu gitu, ya udah kalau gak mau dibantu”jelasku.

“hmm sebenernya ada sih, catetan gue ketinggalan nih, boleh gue pinjem catetan lo gak?”pinta Shasa padaku. Jujur, baru kali ini aku mendengarnya minta tolong. Mungkin ini juga yang dimasud karma sama Tasya tadi. Sekarang, jadi dia minta tolong sama musuhnya sendiri.

“boleh Sha, kebetulan gue punya dua catetan lo bisa pake punya gue yang ini”ucapku sambil memberikan sebuah buku padanya.

“hmm....ma...kasih yaa Mit”ucapnya agak terpaksa.

“ya sama-sama”balasku dengan ditambah senyum.

          Beberapa hari setelah kejadian itu, di jam istirahat, Ryan, Willy dan Shasa menghampiriku yang sedang berdiskusi bersama dengan Tasya, Angga dan Vina.

“mau ngapain kesini?”ucap Tasya dan Vina hampir bersamaan, sepertinya mereka tidak suka atas kedatangan Shasa dan kawan-kawan.

“Tas, Vin, jangan gitu dong! Mungkin maksud mereka kesini baik”ucapku pada Tasya dan Vina.

“iya tuh, Mita bener”sambung Angga setuju.

“tumben kalian kesini, ada apa?”tanyaku.

“kita...kita mau minta maaf sama kalian”ucap Shasa mewakili.

“hah? Seriusan nih?”tanya Angga, Tasya dan Vina bersamaan.

“iya, kita serius. Gue terutama mau minta maaf sama lo Ga, gue salah udah ngeremehin lo, ternyata lo memang cocok banget jadi kapten tim basket”ucap Willy pada Angga.

“gue mau minta maaf sama kalian, terutama sama Vina dan Angga, gue selama ini jahat sama kalian juga karena gue iri sama prestasi kalian”ucap Ryan.

“kalau gue mau minta maaf sama kalian semua, terutama sama lo Mit. Gue selalu jahat sama lo, tapi lo selalu baik sama gue, gue malu sama lo”ucap Shasa lagi.

“iya kita maafin kalian”ucapku, Tasya, Angga dan Vina hampir bersamaan.

“boleh tau gak alesan kalian minta maaf ke kita apa?”tanyaku.

“alesannya banyak banget Mit, pertama, karena kejadian catetan beberapa hari lalu. Kedua, karena pertandingan basket minggu lalu kita menang, dan kapten basketnya itu Angga. Ketiga, saat kita marah-marah sama kalian, kalian gak pernah bales marah sama kita. Dan kalian itu memang baik banget, jadinya kita yaa jujur terharu sama kebaikan kalian”jelas Shasa, Ryan dan Willy bergantian.

          Sejak kejadian itu, aku semakin percaya, bahwa semua yang baik, pasti akan menghasilkan hal yang baik pula. Dan sejak kejadian itu pula, aku, Vina, Angga, Shasa, Tasya, Ryan dan Willy bersahabat. Kami adalah 7 sahabat yang tak terpisahkan dan selalu kompak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar